Lama perginya sang mentari.
Berselindung di balik mendung dingin.
Payah untuk bertoleransi.
Dibiarkan jiwa sama beku dengan jasad.
Bersembunyi mungkin membawa rajuk.
Insan mengaduh panasnya haba.
Belajar menjauh agar dicari.
Biasalah.. Hati yang mana pernah puas?
Dalam dingin alam, hamba hina kembali mengeluh.
Memohon bahangnya sang cahaya.
Agar kering baju di jemuran.
Agar diserap bah yang melanda.
Agar dikurang rasa gigil.
Namun Tuhan itu tak pernah tidur.
Mendengar setiap patahnya bicara sang hamba.
Hari ini..
Setelah berhari-hari mentari menyepi, munculnya sedikit memberi panas.
Kita tengok.
Sampai bila sang hamba mampu kekal tanpa mengaduh panasnya dunia.
Termasuk lah aku.
Berselindung di balik mendung dingin.
Payah untuk bertoleransi.
Dibiarkan jiwa sama beku dengan jasad.
Bersembunyi mungkin membawa rajuk.
Insan mengaduh panasnya haba.
Belajar menjauh agar dicari.
Biasalah.. Hati yang mana pernah puas?
Dalam dingin alam, hamba hina kembali mengeluh.
Memohon bahangnya sang cahaya.
Agar kering baju di jemuran.
Agar diserap bah yang melanda.
Agar dikurang rasa gigil.
Namun Tuhan itu tak pernah tidur.
Mendengar setiap patahnya bicara sang hamba.
Hari ini..
Setelah berhari-hari mentari menyepi, munculnya sedikit memberi panas.
Kita tengok.
Sampai bila sang hamba mampu kekal tanpa mengaduh panasnya dunia.
Termasuk lah aku.
No comments:
Post a Comment